Kita
mengambil contoh dari Air yang ia adalah sumber kehidupan, karena air dapat
mengalir kemana arah alirannya tanpa harus di arahkan, jangan kau paksa air
untuk mengalir karena ia tau dataran yang lebih rendah dari permukaan.
Beda halnya dengan “Keras kepala” itu seperti es batu atau air yang telah membeku, mengapa demikian?
Karena
air yang telah membeku tidak dapat untuk mengalir, apa lagi kalau dia ingin
mengaliri dataran yang lebih tinggi dengan bermaksud melampaui batas-batas yang
dimiliki.
Ketika
ia tau dataran yang lebih rendah disebut Otak encer dan ketika ia ingin
melampaui batasnya disebut keras Kepala, disini ada perbedaan antara
otak dan kepala, kelihatannya otak dianak emaskan dengan kepala sebagai kambing
hitamnya, ahh sudahlah orang-orang memang sering begitu yang melihat dan
menilai sesuatu itu dari luarnya saja, tapi tunggu dulu …
“Otak
encer biasanya keras kepala”
Orang-orang
yang ingin melampaui batas, otaknya pasti encer karena tidak mungkin ia dapat
melampaui batasnya apabila hanya berkapasitas dataran rendah…, kecuali
orang-orang yang berkemauan tinggi dengan kemampuan standar seperti saya ini,
tapi ingat “suatu pencapaian bukan didapatkan oleh dia yang bisa, melainkan dia
yang berkemauan”
Kepala
itu satu, apabila kepala berubah menjadi lebih dari satu itu sama halnya
seperti mata karena ia hanya akan melihat bukan memutuskan, bahkan lebih parahnya
lagi jika seperti mata kaki yang akan saling berhadapan dan sama-sama berdiam
diri dengan posisi paling bawah.
Menurut
saya; Dari mata tidak langsung turun ke hati melainkan disaring terlebih dahulu
oleh otak, baru kemudian turun ke hati lalu timbul reaksi melalui perbuatan dan
perkataan.
Apa
yang kamu lihat, apa yang kamu dengar dan apa yang kamu rasakan itu semua
adalah pembelajaran, maka bersikaplah biasa saja dalam menghadapi segala
sesuatu dan tidak terlalu berlebihan, “Lidah orang yang berakal berada di
belakang hatinya, sedangkan hati orang bodoh berada di belakang lidahnya”
(Saidina Ali Bin Abi Thalib).
Maka
dari itu, sang pencipta telah menganugerahi kepada hambanya fikiran dan hati agar
dapat merasakan dan membedakan baik buruknya segala sesuatu, pergunakanlah
sebagaimana mestinya agar keburukan dan segala bentuk ketidak adilan dapat dibrantas dari muka bumi ini.
Berfikirlah
secara kritis dan jangan ragu untuk mengambil keputusan selama itu untuk
mencapai arah yang lebih baik dan jangan pernah engkau takut pada siapa atau
apa saja yang menghadang karena itu bukan sebuah tujuan.
0 komentar:
Posting Komentar